Sabtu, 07 Mei 2011

14 Februari: Antara Cinta dan Hedonisme

Secara rasional maupun religi (agama), manusia yang merasakan cinta dan kasih sayang adalah sesuatu yang lumrah dan sudah seharusnya merasakan hal itu. Cinta dan kasih sayang memiliki makna yang sangat luas, karena tidak memiliki batas ruang dan waktu.

Valentine’s day atau yang sering disebut hari kasih sayang merupakan hari istimewa bagi kaum muda sejagat. Hari yang jatuh setiap tanggal 14 Februari tiap tahunnya ini dirayakan oleh setiap insan manusia tanpa memandang agama, suku, ras dan golongan. Menurut berbagai sumber on the net, ternyata hari valentine (hari kasih sayang) memiliki sejarah yang rancu. Salah satu sumber menyebutkan bahwa perayaan hari valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari 17 abad silam. Perayaan valentin tersebut merupakan ungkapan dalam agama paganis Romawi kecintaan terhadap sesembahan mereka.

Perayaan Valentine's day memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus (pendiri kota Roma) disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan yang megah.

Kemudian, hal yang mungkin saja ketika sejarah tersebut di abadikan hingga saat ini. Negara berkembang seperti indonesia merupakan salah satu negara yang paling mudah menerima dan terpengaruh budaya-budaya asing, sehingga budaya Indonesia yang adilihung semakin tidak beridentitas lagi. Meskipun perayaan valentine erat kaitannya dengan tradisi keagamaan, namun nampaknya justru sekat-sekat agama luntur dalam universalitas kasih sayang. Hari kasih sayang yang erat kaitannya dengan cinta kasih, saling memberi, dan saling mencintai. Nilai-nilai inilah yang menjadikan valentine sebagai hari bersama seluruh umat manusia dalam mengapresiasikan cinta.

Masyarakat yang cenderung labil, menjadikan valentine sebagai hal sakral dan sayang untuk dilewatkan oleh setiap kalangan, terutama kaum muda meski ada yang mengganggap biasa-biasa saja. Namun, Valentine’s day saat ini sudah menjadi tradisi yang harus di ritualkan. Hal ini dapat diwujudkan dengan merayakan valentine’s day yang disimbolkan sebagai hari saling memberi atau mengasihi. Sehingga, ketika hari valentine tiba para anak muda akan memborong hadiah (kado) dalam berbagai macam bentuk yang akan diberikan kepada kekasihnya. Berbagai hal yang terkait dengan simbol cinta dan kasih sayang dapat dikomoditaskan dalam berbagai bentuk produk yang akan laris manis diserbu pembeli. Hal ini kemudian dimaknai sebagai pesta cinta yang dapat meningkat gaya hidup yang konsumtif nan hedonis.

Pemaknaan ulang

Nampaknya kaum kapitalis membuat hal ini menjadi peluang bisnis yang menjajikan. F.Budi Hardiman (2008) mengatakan, Valentine’s Day telah memasuki kultur binalitas, yakni hal-hal yang bersifat dangkal, hedonisme, dan konsumerisme yang kuat. Orientasi berlebihan atas akumulasi kapital, investasi, dan pertumbuhan ekonomi harus diakui merupakan pemicu yang menjadikan manusia menempuh jalan “pintas” yang dianggap pantas dengan menghalalkan segala cara atau yang sering kita sebut dengan istilah 3 H (Halal, Haram, Hantam).

Dengan masuknnya arus globlalisasi menambah efek yang luar biasa pada sendi-sendi kehidupan, Hernando de Soto seorang pemikir ekonomi dunia asal Peru pernah menegaskan bahwa sejak proses globalisasi mulai berlangsung kondisi kehidupan di hampir semua negara terkesan meningkat. Apalagi jika diukur dengan indikator-indikator lebih luas. Namun, sering kali pula peningkatan itu hanya ada dalam hitung-hitungan di atas kertas. Negara-negara maju dan kuat memang bisa meraih keuntungan. Tapi, tidak negara-negara berkembang dan miskin.

Mencoba melihat kondisi masyarakat Indonesia saat ini, dapat dikatakan bahwa kesulitan dan krisis telah melanda diberbagai lini kehidupan dari kemiskinan, kelaparan dan harga-harga bahan pokok yang terus melambung tinggi. Seharusnya perwujudan kasih sayang dalam pemaknaan valentine’s day dapat di jadikan sebagai Hari Solidaritas Kemanusiaan Se-Dunia. Bukan malah digunakan sebagai moment foya-foya, sikap yang berlebihan dan justru para penggiat bisnis menjadikan moment ini menjadi peluang pasar yang signifikan. Misalnnya, mall-mall yang memberikan diskon menarik dan lebih besar, cafe-cafe yang menyelenggarakan pesta dan masih banyak lagi.

Valentine bukanlah pesta kaum yang dimabuk asmara dengan berbagai ekspresi suka cita dan pemburuan kesenangan belaka. Namun Valentine merupakan hari kasih sayang yang mengarah pada universalitas cinta kemanusiaan. Cinta yang lebih luas maknanya daripada sekedar ”cinta birahi” yang cenderung pada pemuasan masing-masing individu.

Jika hal ini mampu terealisasi dalam setiap perayaan Valentine tentu yang demikian jauh lebih bermakna. Namun pemaknaan ulang ini hendaknya tidak berhenti pada sebatas refleksi namun juga tercermin dari gerakan-gerakan nyata. Solidaritas, rasa saling menghormati, menyayangi, dan toleransi antara umat ataupun kelompok sosial merupakan ekspresi yang harus terwujud. Dengan demikian Valentine bukan lagi sekedar ikon kultur binal sebagaimana diungkapkan F.Budi Hardiman.

Salah kaprah penafsiran valentine ini sudah menumbuhkan budaya hedonisme dikalangan masyarakat kita. Perilaku konsumtif juga telah merambah pada struktur masyarakat terkecil yakni keluarga. Padahal, Secara teologis sifat hedonisme merupakan hal-hal duniawi yang perlu dihindarkan dan juga kurang sesuai dengan budaya Indonesia, meski bangsa menghargai kekebasan dan menjujung tinggi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.

Kemudian, makna kasih sayang yang terartikulasi sering kali lepas dari substansi cinta kasih yang sesungguhnya. Valentine sering kali dimakani secara sempit sebagai luapan cinta yang menjurus pada nafsu kemanusiaan yang terendah dan mengumbar kesenangan tanpa batas. Tidak mengherankan jika kemudian perayaan valentine menjadi kontroversi dan menuai pertentangan dari beberapa kalangan, terutama agamawan. Valentine tidak lebih dari ungkapan cinta kasih dalam arti ”telanjang” yang tidak memiliki makna apa-apa. Pemaknaan ulang hari kasih sayang ini mestinya dijadikan evaluasi sejauh mana rasa solidaritas dan kepedulian kita antar sesama umat di dunia ini. Semoga...

Dimuat Radar Lampung, 13 Februari 2010

1 komentar:

Anonim mengatakan...

get facebook likes
buy facebook likes

http://www.huwy.eu/ie/result/internet-0 http://www.gameculture.com/2011/03/02/red-bull-augmented-racing
facebook likes buy facebook likes get facebook likes
mmk, so my antivirus expires in march and i'm thinking about switching....i currently have trend micro internet security, because it came with my laptop last christmas, however i'm considering going back to norton, because i had them for like 7 years on my old computer and had very few problems...it blocked alot of crap from my computer too lol. i know that trend micro has blocked some stuff too but it updates constantly and it drives me a little crazy lol. i absolutely refuse to get mcafee, i hate mcafee. its a piece of crap not worth my money, so many people that i know who had it and had trouble with it eithor just glitches or letting crap in other antivirus programs wouldn't have. and they didnt have their settings turned down low...i dont trust the free antiviruses eithor [avg, avast, avira, etc] because i just dont feel safe with them...i've heard kaspersy is pretty good, but what is in your opinion the best [thats not eithor mcafee or one of the free ones? lol] thank you!!

buy facebook likes get facebook likes [url=http://1000fbfans.info]facebook likes [/url] facebook likes