Rabu, 25 Agustus 2010

Mengurai Makna Sosial Puasa

Setiap kali memasuki bulan ramadhan, serta merta kita akan merasakan adanya perubahan nuansa religius dalam diri kita baik secara lahir maupun batin. Puasa ramadhan merupakan perwujudan diri sebagai proses untuk menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).

Sejarah pun telah mencatat, bahwa bulan ramadhan merupakan titik balik peradaban manusia, yakni ketika Muhammad memperoleh pencerahan spritual dalam peristiwa di gua hira. Beliau telah mampu merombak tatanan sosial dimasyarakatnya dalam waktu singkat yakni dalam kurun waktu 22 tahun. Muhammad mampu memperjuangkan tatanan kehidupan sosial yang baru yakni sistem kehidupan yang egaliter dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Hal ini yang membuat Michael H. Hart menempatkan beliau menjadi tokoh yang berpengaruh dalam sejarah.


Banyak hal lain dibalik makna spritual bulan ramadhan, meskipun kewajiban esensial dibulan ramadhan adalah berpuasa. Tentu sebagai umat Islam kita merasakan makna tersirat dari ibadah yang kita lakukan. Puasa telah disyariatkan untuk terciptanya insan muttaqien (pribadi yang bertaqwa). Meski, seruan-seruan kepada taqwa ini tidak lah hanya dalam ibadah puasa an sich, tetapi juga ibadah-ibadah lain bahkan segala aspek dalam muamalah.

Didalam insan muttaqin terdapat dua dimensi yang terkandung yakni kesalehan individu dan kesalehan sosial. Dalam berpuasa, kesalahan individu merupakan target utama. Sehingga dengan berpuasa berarti telah menandakan kepatuhan dan ketaqwaan kepada Illahi yang sadar akan perannya sebagai khalifah di muka bumi. Secara tidak langsung pula, dengan berpuasa kita telah mentransformasikan nilai-nilai dari makna ketaqwaan itu yang kemudian dijadikan sebagai sebuah motivasi untuk mengambil nilai-nilai luhur yang dapat membangkitkan kesadaran keagamaan.
Membumikan kesalehan sosial
Gus Dur memaknai sebuah kesalehan sosial itu suatu bentuk yang tak cuma ditandai oleh rukuk dan sujud, melainkan juga dengan cucuran keringat dalam praksis kehidupan sehari-hari. Ini artinya bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari realitas sosial. Dimana dalam beribadah kita tidak cukup dengan ibadah ritual keagamaan saja, namun perlu ibadah sosial .
Begitu pula dalam kita berpuasa ramadhan, setelah kita memperoleh kesalehan individu, kemudian bagaimana dari individu-individu tersebut dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sosial dimasyarakat. Menurut Gus Mus bahwa kesalehan sosial merupakan mereka yang peduli dengan nilai-nilai Islami yang bersifat sosial diantaranya suka memikirkan dan santun kepada orang lain, suka menolong dan sebagainya. Sehingga, selain kita menjalankan ibadah puasa yang berarti hubungannya dengan Allah (Hablun minallah) tetapi kita mempunyai tugas untuk ibadah sosial yakni dengan manusia (Hablun minan naas). Hal ini menandakan kesalehan total dalam Islam telah di jalankan sesuai dengan pesan dalam Al-Qur’an udkhuluu fissilmi kaafaah (Q.S Al-Baqarah, 208).

Kesalehan sosial dalam berpuasa, merupakan tindakan kritis untuk membangun tatanan sosial yang lebih baik. Banyak hal yang dapat dilakukan, misalnya dalam konteks penanggulangan kemiskinan. Harus di pertanyakan ibadah puasa seorang muslim jika ibadah yang lalu dan kini, apabila tidak ada perubahan dalam sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama yang lemah dalam mewujudkan keadilan sosial dan solidaritas sosial. Ini menandakan kurangnya kesadaran spritual bahwa mereka yang mampu merupakan rahmad bagi mereka yang lemah. Sedangkan wujud penegakkan keadilan yang paling berpengaruh dimasyarakat yakni pada bidang ekonomi.

Kesalehan sosial dalam solidaritas sosial sebenarnya erat kaitannya dengan kesalehan individual. Jika secara spritual puasa membawa pengaruh positif dalam sikap keagamaan dalam arti individunya, maka rasa kemanusiaannya pun akan besar. Begitupula sebaliknya, jika puasa tidak membawa pengaruh terhadap aspek spiritual maka aspek sosialnya pun akan kecil. Kualitas terpenting yang harus dipunyai setiap diri manusia adalah rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran tak terbatas pada Tuhan.
Puasa ramadhan merupakan sebuah jawaban untuk mendidik individu atau masyarakat dalam mengontrol keinginan dan kesenangan dalam dirinya. Karena makna sosial dalam berpuasa akan berdampak positif berupa rasa solidaritas dan kepedulian antar saudara, rasa kemanusiaan yang mendalam atas penderitaan sesama manusia. Perasaan sama-sama lapar, haus, kesabaran yang lebih dan kesucian pikiran juga kata-kata, mampu membuat manusia memiliki rasa kebersamaan dalam masyarakat dan menghasilkan cinta kasih antar sesama tanpa memandang latar belakang, warna kulit dan agama.

Dan perlu kiranya mengingatkan kembali, bahwa puasa bukanlah sekedar kewajiban tahunan, dengan menahan lapar dan berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak berbekas dalam jiwa ataupun dalam perilaku dalam bersosialisasi di masyarakat, Namun puasa lebih pada kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian kepada hal sosial kemasyarakatan. Puasa merupakan kewajiban yang universal dan sebagai orang yang beragama Islam harus meyakini bahwa puasa merupakan kewajiban yang disyariatkan untuk orang-orang yang beriman layaknya umat dari Nabi Muhammad SAW. Amin.

Dimuat Radar Lampung, 25 Agustus 2010

Tidak ada komentar: