Setiap kali memasuki bulan ramadhan, serta merta kita akan merasakan adanya perubahan nuansa religius dalam diri kita baik secara lahir maupun batin. Puasa ramadhan merupakan perwujudan diri sebagai proses untuk menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).
Sejarah pun telah mencatat, bahwa bulan ramadhan merupakan titik balik peradaban manusia, yakni ketika Muhammad memperoleh pencerahan spritual dalam peristiwa di gua hira. Beliau telah mampu merombak tatanan sosial dimasyarakatnya dalam waktu singkat yakni dalam kurun waktu 22 tahun. Muhammad mampu memperjuangkan tatanan kehidupan sosial yang baru yakni sistem kehidupan yang egaliter dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Hal ini yang membuat Michael H. Hart menempatkan beliau menjadi tokoh yang berpengaruh dalam sejarah.
Banyak hal lain dibalik makna spritual bulan ramadhan, meskipun kewajiban esensial dibulan ramadhan adalah berpuasa. Tentu sebagai umat Islam kita merasakan makna tersirat dari ibadah yang kita lakukan. Puasa telah disyariatkan untuk terciptanya insan muttaqien (pribadi yang bertaqwa). Meski, seruan-seruan kepada taqwa ini tidak lah hanya dalam ibadah puasa an sich, tetapi juga ibadah-ibadah lain bahkan segala aspek dalam muamalah.
Didalam insan muttaqin terdapat dua dimensi yang terkandung yakni kesalehan individu dan kesalehan sosial. Dalam berpuasa, kesalahan individu merupakan target utama. Sehingga dengan berpuasa berarti telah menandakan kepatuhan dan ketaqwaan kepada Illahi yang sadar akan perannya sebagai khalifah di muka bumi. Secara tidak langsung pula, dengan berpuasa kita telah mentransformasikan nilai-nilai dari makna ketaqwaan itu yang kemudian dijadikan sebagai sebuah motivasi untuk mengambil nilai-nilai luhur yang dapat membangkitkan kesadaran keagamaan.
Membumikan kesalehan sosial
Kesalehan sosial dalam berpuasa, merupakan tindakan kritis untuk membangun tatanan sosial yang lebih baik. Banyak hal yang dapat dilakukan, misalnya dalam konteks penanggulangan kemiskinan. Harus di pertanyakan ibadah puasa seorang muslim jika ibadah yang lalu dan kini, apabila tidak ada perubahan dalam sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama yang lemah dalam mewujudkan keadilan sosial dan solidaritas sosial. Ini menandakan kurangnya kesadaran spritual bahwa mereka yang mampu merupakan rahmad bagi mereka yang lemah. Sedangkan wujud penegakkan keadilan yang paling berpengaruh dimasyarakat yakni pada bidang ekonomi.
Kesalehan sosial dalam solidaritas sosial sebenarnya erat kaitannya dengan kesalehan individual. Jika secara spritual puasa membawa pengaruh positif dalam sikap keagamaan dalam arti individunya, maka rasa kemanusiaannya pun akan besar. Begitupula sebaliknya, jika puasa tidak membawa pengaruh terhadap aspek spiritual maka aspek sosialnya pun akan kecil. Kualitas terpenting yang harus dipunyai setiap diri manusia adalah rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran tak terbatas pada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar